Tuesday 29 March 2016

Dasar - Dasar Perancangan Pencahayaan Buatan


      Persyaratan-persyaratan dalam sistem tata cahaya suatu bangunan atau ruangan mencakup tiga aspek, yaitu:

- tugas visual (visual task)
- kenyamanan visual (visual comfort)
- penampilan dan suasana ruangan yang ingin ditampilkan

      Terminologi ‘tugas visual’ diartikan sebagai apa yang harus dilihat dalam arti luas (dapat pula diartikan sebagai pekerjaan yang harus dilakukan). Ketiga aspek tersebut saling bergantung satu sama lain, dimana tingkat kepentingan atau urutan prioritasnya sangat bervariasi tergantung pada aplikasinya seperti yang dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini.


   
      Dalam lobby sebuah hotel, ketiga aspek tersebut mempunyai prioritas yang sama. Tugas visual yang dilakukan di lobby pada umumnya adalah untuk melihat wajah para pengunjung atau tamu hotel dan lingkungan lobby tersebut. Luminer yang dipasang, misalnya chandelier, selain merupakan bagian dari dekorasi ruangan, dapat pula memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan akan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas visual dengan baik. Lampu-lampu jika terlihat akan cukup terang (bright) untuk menghasilakan beberapa kilauan (sparkle) tetapi tidak terlalu terang untuk dapat menyebabkan silau yang mengganggu (discomfort glare). Sistem tata cahaya ini secara keseluruhan dimaksudkan untuk menciptakan suasan kemuliaan (dignity), kemewahan (luxury), dan kenyamanan atau keriaan sesuai dengan karakter hotel tersebut.

      

     Tugas visual pada jalan raya sangatlah penting. Badan jalan dan sekitarnya diterangi oleh luminer yang dipasang pada jarak dan ketinggian tertentu sedemikian sehingga pada malam hari tidak terlihat pada arah pandangan normal (sehingga tidak menyebabkan kesilauan/ disability glare bagi pengemudi kendaraan). Dalam hal ini, pada malam hari aspek ketiga tidak terlalu penting, karena disini yang diutamakan adalah bahwa luminer-luminer tersebut terlihat rapi pada siang hari.



      Pada ruangan kantor besar, suatu interior fungsional yang sangat penting, tugas visual dengan memperhitungkan discomfort glare jelas merupakan suatu prioritas. Karena tingkat pencahayaan yang dibutuhkan relatif sangat tinggi, maka luminer menjadi perangkat ruangan yang paling menonjol dan akan berkontribusi terhadap penampilan kantor tersebut.

      Dari contoh-contoh diatas, maka untuk merancang sistem tata cahaya suatu ruangan sesuai dengan fungsinya, beberapa hal seperti pemilihan lampu, pemilihan sistem pencahayaan, pemilihan luminer, dan tata letak instalasi, harus mendapat perhatian.


Pemilihan Lampu

      Pemilihan lampu antara lain dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Tingkat pencahayaan yang dibutuhkan atau disyaratkan
b. persyaratan efek warna (color rendering)
c. pertimbangan strukturdan ruang (space)
d. persyaratan khusus, misalnya bayangan, highlight
e. biaya awal dan biaya opearasional

      Tingkat kepentingan dari faktor-faktor diatas bervariasi sesuai dengan fungsi ruangan. Misalnya, factor a dan e sangat penting diperhatikan dalam merancang sistem tata cahaya pada ruangan yang sangat luas dan membutuhkan tingkat pencahayaan yang tinggi. Dalam hal ini lampu jenis pelepasan listrik lebih tepat digunakan. Faktor b dan d merupakan hal yang penting untuk daerah display seperti etalase, ruang resepsionis, atau museum, dimana fleksibilitas dan penekanan pada lokasi tertentu, kilauan, dan suasana santai dan menyenangkan sangat diutamakan. Lampu jenis pijar merupakan pilihan yang tepat untuk keperluan ini.


Pemilihan Jenis Pencahayaan

      Untuk bangunan industri dan komersial, pemilihan jenis pencahayaan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pencahayaan umum (general overhead)
b. Pencahayaan setempat (localized overhead)
c. Pencahayaan gabungan (local and general)

      Sistem pencahayaan umum sudah jelas. Sistem b terutama diaplikasikan dipabrik dimana terdapat barisan meja kerja. Barisan luminer lampu TL (fluorescent) dipasang diatas setiap barisan meja. Cahaya limpasan (spill light) dari barisan luminer dan cahaya pantulan pada umumnya sudah cukup untuk keperluan pergerakan di dalam ruangan. Sistem c dapat diterapkan pada tempat yang memerlukan tingkat penchayaan tinggi, 1000 lux atau lebih.


Pemilihan Luminer

      Terlepas dari pertimbangan atas kualitas konstruksi yang antara lain meliputi kemudahan dalam pemeliharan, pemilihan luminer akan bergantung pada bentuk distribusi cahaya yang diinginkan dan persyaratan ada. Misalnya untuk bangunan industri dan komersial, jika tidak ada persyratan khusus, luminer selain harus dapat memberikan tingkat pencahayaan pada bidang horizontal sesuai dengan standar, juga memberikan tingkat pencahayaan yang cukup memadai pada bidang vertical.


Tata Letak Instalasi

      Titik tolak dari faktor ini adalah tempat dari tugas visual dan jumlah cahaya yang dibutuhkan (untuk kondisi di Indonesia, jumlah cahaya atau tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai tugas visual dapat dilihat pada tabel I SK-SNI T-14-1993-03). Selanjutnya berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut, dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah titik lampu/ luminer dan daya listrik yang dibutuhkan dengan menggunakan metoda lumen. Dengan mempertimbangkan keseragaman tingkat pencahayaan pada bidang kerja, dapat ditentukan jarak antar luminer dan ketinggiannya.

Source : Modul Utilitas Bangunan by Apif Miftahul Hajji
Share:

Friday 4 March 2016

Kurikulum Program Studi S1 Teknik Sipil FT UM 2014




Matakuliah  : Utilitas bangunan
Sandi   : NTSI607
SKS/JS/Semester : 3/3/6
Prasyarat  :

Standar Kompetensi
- Menganalisis, menghitung, dan menerapkan prinsip-prinsip ilmu fisika dalam bangunan,
perancangan sistem penghawaan buatan, perancangan sistem pencahayaan buatan, dan
perancangan sistem tata suara buatan untuk mencapai kenyamanan termal, kenyamanan
visual dan kenyamanan akustik pada bangunan.
- Merumuskan  prinsip terjadinya kebakaran pada bangunan dan teknik pengendaliannya
 - Menganalisis, menghitung, dan merencanakan fasilitas transportasi pada bangunan.
- Merumuskan konsep dan penerapan sistem informasi dan teknologi bangunan cerdas.

Deskripsi Kompetensi
- Menganalisis dan menghitung beban pendinginan bangunan, baik oleh konduksi bahan
bangunan, radiasi sinar matahari, maupun sumber-sumber panas internal lainnya.
- Menganalisis dan memerinci jumlah sistem pengkondisian udara (air conditioning system)
pada bangunan.
- Menganalisis kebutuhan visual task ruangan pada bangunan.
- Menganalisis dan memerinci jumlah titik lampu dengan metoda lumen dan metoda point-
by-point berikut jenis armaturnya sesuai dengan fungsi ruangan.
- Menganalisis kebutuhan penguatan akustik pada ruangan (room acoustic) dan teknologi
pengendalian bising (noise control).
- Merumuskan prinsip pengendalian kebakaran aktif dan pasif pada bangunan, serta
manajemen pemeliharaan fasilitas pengendalian kebakaran.
- Merumuskan  prinsip mitigasi dan evakuasi, sistem struktur, material struktur, dan finishing
bangunan tahan api.
- Memerinci beberapa alat pendeteksi dini api tumbuh; system alarm, smoke dan heat
detector, dan sprinkler system.
- Menganalisa kebutuhan escalator dan elevator pada bangunan, berikut pengelompokkannya
per-lantai.

Daftar Bacaan
- Hall, F. & Greeno, R. 2001. Building Service Handbook. London: Butterworth Heinemenn.
- Juwana dan Jimmy, S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan Praktisi
Bangunan. Bandung: Penerbit Erlangga.
- Kibert, J., 2002. Sustainable Construction: Green Building Design. John Willey & Son.
- McGuinness, Stein, R. 2004. Mechanical Electrical Equipment for Buildings. John Wiley
and Sons Inc.
- Soufyan dan Morimura. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.
- Watson, D. 2000. Time–Saver Standards for Mechanical & Electrical Building Systems:
Design Criteria and Selection Data.  Boston: McGraw Hill.


Share:
Powered by Blogger.

Labels

Blogger templates